Ketahuilah!
Siapa saja dari umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berupaya
untuk senantiasa mengikuti dan menaati beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
dengan ikhlas serta menjadikannya sebagai suri tauladan dalam kehidupan
sehari-hari, maka sungguh ia akan mendapatkan sekian banyak keutamaan yang
dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi
wasallam di antaranya adalah sebagaimana keterangan berikut ini:
1. Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Merupakan
Sebab Diterimanya Suatu Amalan
Telah kita ketahui bersama bahwa dua prinsip dasar yang harus selalu
beriringan dalam melandasi suatu amal agar diterima oleh Allah subhanahu wa
ta’ala adalah keikhlasan dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sebaliknya, apabila hilang salah satu dari keduanya, maka amalan itu
tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan hendaknya kita khawatir
suatu amal shalih yang kita kerjakan akan ditolak atau tidak diterima oleh
Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak pernah kami
tuntunkan, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu keutamaan
terbesar dalam Ittiba’us Sunnah (mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam) adalah diterimanya suatu amalan.
Al Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: “Dalam mengikuti Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam terdapat keberkahan dalam mengikuti syari’at,
meraih keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala, meninggikan derajat, menentramkan
hati, menenangkan badan, membuat marah syaithan, dan berjalan di atas jalan
yang lurus.” (Dharuratul Ihtimam, hal. 43)
2. Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Membuahkan
Persatuan Kaum Muslimin
Para pembaca yang mulia, setiap muslim tentu sangat merindukan
terwujudnya persatuan kaum muslimin. Sebagaimana yang telah kita ketahui
bersama, bahwa persatuan merupakan perkara yang diridhoi dan diperintahkan oleh
Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan perpecahan merupakan perkara yang dibenci
dan dilarang oleh-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Dan
berpegang-teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian
bercerai-berai.” (Ali Imran: 103)
Al Imam Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah telah
memerintahkan kepada mereka (umat Islam, red) untuk bersatu dan melarang mereka
dari perpecahan. Di dalam banyak hadits juga terdapat larangan dari perpecahan
dan perintah untuk bersatu dan berkumpul.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/367)
Adapun asas bagi persatuan yang diridhoi dan diperintahkan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala bukan berasaskan kesukuan, organisasi, kelompok, daerah,
partai, dan sebagainya. Akan tetapi asasnya adalah: Al Qur’an dan Sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman As-Salafush Shalih
(para shahabat Rasulullah, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in).
Al Imam Al Qurthubi rahimahullah ketika menjelaskan ayat 103 surat Ali
Imran di atas menyatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan kepada kita
agar berpegang teguh dengan kitab-Nya (Al Qur’an) dan sunnah nabi-Nya, serta
merujuk kepada keduanya di saat terjadi perselisihan. Allah subhanahu wa ta’ala
juga memerintahkan kepada kita agar bersatu di atas Al Qur’an dan As Sunnah
dalam hal keyakinan dan amalan. Hal ini agar kaum muslimin bersatu dan tidak
tercerai-berai, sehingga akan meraih kemaslahatan dunia dan agama, serta
selamat dari perselisihan. (Lihat Tafsir Al Qurthubi, 4/105)
Mengapa harus dengan pemahaman As Salafus Shalih (para shahabat
Rasulullah, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in)?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Sebagaimana tidak
ada generasi yang lebih sempurna dari generasi para shahabat, maka tidak ada
pula kelompok setelah mereka yang lebih sempurna dari para pengikut mereka.
Maka dari itu, siapa saja yang lebih kuat dalam mengikuti hadits Rasulullah dan
sunnahnya, serta jejak para shahabat, maka ia lebih sempurna. Kelompok yang
seperti ini keadaannya, akan lebih utama dalam hal persatuan, petunjuk,
berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan lebih terjauhkan dari
perpecahan, perselisihan, dan fitnah. Dan barangsiapa yang menyimpang jauh dari
itu (Sunnah Rasulullah dan jejak para sahabat), maka ia akan semakin jauh dari
rahmat Allah dan semakin terjerumus ke dalam fitnah.” (Minhajus Sunnah, 6/368)
3. Pahala Besar Bagi Orang Yang Berpegang Teguh Dengan Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
Dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di
hari itu seperti menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi)
pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh.” Ada seseorang yang bertanya:
“Lima puluh dari mereka, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Pahala lima
puluh dari kalian.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, lihat Silsilah Ash
Shahihah, no. 494)
4. Jaminan Istiqomah dan Hidayah Bagi Orang Yang Berpegang Teguh dengan
Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Selama seseorang berada di atas Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, maka ia akan tetap berada di atas jalan istiqomah. Sebaliknya, jika
tidak demikian, berarti ia telah menyimpang dari jalan yang lurus. Sebagaimana
yang dikatakan oleh shahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu:
“Manusia akan senantiasa berada di atas jalan yang lurus selama mereka
mengikuti jejak Nabi.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul Jannah, no. 197).
Shahabat ‘Urwah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Mengikuti sunnah-sunnah
Nabi adalah tonggak penegak agama.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul Jannah, no. 198).
Salah seorang tabi’in bernama Ibnu Sirin mengatakan: “Dahulu mereka
mengatakan: selama seseorang berada di atas jejak Nabi, maka ia berada di atas
jalan yang lurus.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul Jannah, no. 200)
Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Dan
jika kalian menaatinya niscaya kalian akan mendapatkan hidayah.” (An Nur: 54)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah berkata: “Jika kalian
menaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam niscaya kalian akan mendapatkan
petunjuk ke jalan yang lurus, baik ucapan maupun perbuatan. Dan tidak ada jalan
untuk mendapatkan hidayah melainkan dengan menaatinya, dan tanpa (menaatinya)
tidak mungkin (akan mendapatkan hidayah) bahkan mustahil.” (Tafsir As Sa’di,
hal. 521)
5. Mendapatkan Cinta dari Allah subhanahu wa ta’ala dan akan masuk Al Jannah
(surga)
Para pembaca yang mulia, bukankah kita semua ingin mendapatkan cinta
dari Allah? Ketahuilah! Bahwa cinta dari Allah subhanahu wa ta’ala hanya akan
diperoleh dengan mengikuti dan mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala (artinya):
“Katakanlah (wahai Muhammad!): “Jika kalian mencintai Allah, maka
ikutilah aku! Niscaya Allah pasti akan mencintai kalian dan mengampuni
dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Setiap umatku
akan masuk Al Jannah (surga) kecuali orang yang enggan.” Para shahabat
bertanya: “Siapakah orang yang enggan itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:
“Barangsiapa yang menaatiku, ia akan masuk Al Jannah dan barangsiapa yang bermaksiat
kepadaku, maka sungguh ia telah enggan.” (HR. Al Bukhari)
Perkongsian daripada : Pembacaan AnakkuSoleh.com